Sastra  

SEPAK BOLA, SEBUAH PERTANDINGAN YANG MENJADI SUMBU PEPERANGAN

Sumber: war history online pitch invasion - The football war

Mewarta.Com, Makassar–Sepak bola. Yah olahraga yang menjadi sumber pemersatu, tempat menghibur diri, dan popular diseluruh penjuru dunia, bahkan di sebahagian tempat menganggap sepak bola sebagai agama baru yang mempersatukan publik dari berbagai jenjang umur. Nice story huh..? tidak semudah itu markonah. Akhir-akhir ini publik selalu ditampilkan sisi lain dari sepak bola, tawuran antara supporter, masalah rasial, kasus suap federasi sepak bola mulai dari tingkat negara sampai FIFA sering kita sudah menjadi konsumsi publik akhir-akhir ini. But pernahkah kalian berfikir jika “Sepak Bola” menjadi salah satu sumber peperangan yang terjadi di salah satu belahan dunia kita. Yah wartageng sekalian PERANG, atau Bahasa halusnya tawuran antara negara. Pasti dalam kepala kalian berfikir, ah di sini tawuran dalam sepak bola biasa saja kok, habis itu damai, habis itu tawuran lagi, habis itu damai, lagi habis itu tawuran lagi. Upppsss singgung negeri sendiri, F.B.I, buff buff buff. Anyway, mari kita sama-sama menyimak tentang dua negara yang sama-sama tawuran itu sendiri, info alert hal ini melibatkan kudeta, korporasi, dan fanatisme supporter.

Honduras dan El Savador, dua negara yang bertetangga ini terletak di belahan benua Amerika, menjadi tempat dimana diopening tadi, negara yang fanatik dengan sepak bola.ini sedari dulu memang panas, Kita putar mesin waktu dan balik ke tahun 1960. Kita mulai dulu dari geografis kedua negara, Honduras memiliki wilayah yang lebih luas dari El Savador, tapi El Savador punya populasi yang lebih bayak dari Honduras dengan perbandingan kala itu 3.7 juta jiwa berbanding 2,6 juta jiwa, yey bravo El Savador kecil-kecil cabe rawit, Anyway. Sudah bisa di tebak dengan jumlah penduduk yang besar dan wilayah yang kecil, ini penduduk mau diapakan ? sementara sumber mata pencaharian kala itu adalah bertani, khususnya bertani pisang. Jadi ide yang ada kala itu bagi penduduk El Savador adalah “ayo migrasi ke Honduras” yok gaskun, tapi para penduduk yang bermigrasi ini bukan secara resmi yah wartageng, mereka imigran gelap. Skip di Honduras sendiri pada tahun 1963 terjadi pemilihan dan pemenangnya adalah Oswaldo Lopez Arellano, yang kemudian menjadi pemimpin bergaya militer dinegara itu yang tegas menolak komunisme tetapi di balik layar Oswaldo sendiri adalah pemimpin bekingan Amerika lewat lobi dari perusahaan dagang yang berkecimpung dibidang pertanian pisang yang membuat beberapa kebijakan untuk memberi bebas pajak untuk perusahaan itu dan membuat ekonomi Honduras jatuh ke titik rendahnya.

Nah sekarang di El Savador ada imigran gelap yang masuk ke Honduras terus di Honduras ada pemimpin “antek aseng” yang kurang popular dimata rakyatnya karena yah menjadi antek, terus kira kira bisa tebak apa yang akan dilakukan sang el Presidente ? yaps tebakan kalian salah, yang benar adalah carilah “kambing hitam”. Eh imigran gelap, kambing hitam ? nyambung nggak, yoi lah nyambung. Akhirnya Oswaldo menyalahkan para imigran gelap dengan narasi mencuri lahan dan mengambil pekerjaan pribumi sebagai sebab anjoknya ekonomi Honduras, masyarakat yang sedang downpun tersulut narasi ini dan mulai melakukan berbagai bentuk kekerasan kepada imigran gelap dari El Savador. Respon dari El Savador pun mengutuk tindakan ini tetapi pada dasarnya mereka tidak bisa melakukan apapun terhadap para imigran.

Tensi antara El Savador dan Honduras sendiri tetap membara sampai pada saat dimana tensi justru semakin panas dan hal itu adalah, ladies and gentleman sambutlah Piala dunia Meksiko 1970, haduh intermisionnya lama yah, Tarik nafas,, hembuskan, ok kita masuk ke inti carita wartageng. Piala dunia Meksiko 1970 yang entah bagaimana caranya diantara panasnya tensi antara El Savador dan Honduras bisa ketemu dibabak Play of untuk memperebutkan tiket masuk piala dunia meksiko 1970. Pertandinganpun dijadwalkan 3 kali yaitu pada tanggal 8 Juni 1969, 15 Juni 1969 dan 26 Juni 1969 pertandingan pertama digelar di Honduras. Pada malam sebelum pertandingan, dengan tensi panas antara kedua negara yang masih berlangsung, supporter Honduras berkumpul di hotel tempat pemain El Savador menginap dan membuat suara berisik hingga para pemain El Savador tidak bisa istirahat dan mempersiapkan pertandingan alhasil Honduras berhasil menang melawan El Savador yang sangat lelah dengan gol yang dicetak pada menit akhir pertandingan, hampir sama dengan semifinal piala Aff kemarin yah, kalau saja hasilnya imbang terus main dengan lawan 9 pemain jadilah meme. Anyway back to the topik, imbas dari kekalahan El Savador seorang supporter bernama Amelia Bolanos tidak kuat melihat tim negaranya kalah melakukan bunuh diri dengan menembak dirinya sendiri. Melihat kejadian ini pemerintah El Savador malah mengagungkan kejadian ini dan mengankat Amelia menjadi pahlawan nasional. Ini macth pertama wartageng sudah tergambarkan polanya, kalian tau nggak what next ? woiya tebakan kalian kali ini benar, match yang berlangsung selanjutnya adalah di kandang El Savador. Membalas perlakuan supporter Honduras sebelumnya, supporter El Savador melakukan hal yang sama kepada pemain Honduras yang justru lebih parah dengan meneriaki dan membuat suara yang lebih berisik lagi sehingga membuat pemain Honduras kelelahan. Hal ini bisa dilihat dengan hasil 3-0 pada pertandingan yang di lakukan keesokan harinya. Para pemain Honduras yang pulang ke negaranya sambal di kejar supporter Honduras yang masih marah akibat insiden di partai sebelumnyapun menyatakan “syukurlah kita kalah”. Iya itu kata pemain terus bagaimana supporter Honduras di negaranya ? tentu saja tidak terima dengan hasil pertandingan para warga Honduras pun melakukan kekerasan terhadap imigran El Savador. Pertandingan penentupun digelar di Meksiko yang mempertemukan kedua negara, hasil pertandingan yang berlangsung panas ini dimenangkan El Savador dengan skor akhir 3 – 2. Atmosfir sepanjang pertandingan yang memanaspun berakhir dengan tawuran antar supporter, dan tak terima dengan kekalahan timnas Honduras, warga Honduras melakukan kekerasan yang lebih keras kepada imigran dari El Savador. Pemerintah El Savador sendiri sudah tidak kuat melihat warganya ditindas be like : lo jual gue beli, modarrrrrrrrr, deklarasi perang pun di kumandangkan pemerintah El Savador kepada Honduras. Wartageng sekalian kita tidak perlu bercerita tentang bagaimana perang yang bernama 100 hours war atau perang 100 jam ini berlangsung, mari kita merenung, mungkin kalian sudah mendengar sebuah pepatah yang terjadi apa bila peperangan terjadi, bunyinya “Menang menjadi arang, kalah menjadi abu”, yah pepatah itu sangat jelas dengan hasil yang diterima kedua negara tidak ada hasil baik yang diterima kedua negara selain korban jiwa ~6000 dan korban luka 15000, kerugian ini tidak sampai disini saja, ekonomi kedua negarapun menjadi lumpuh akibat perang dan di sisi El Savador yang tidak kuat menanggung warga imigran yang kembali dari Honduras pun menjadi sumber krisis yang berakibat perang sipil di negara tersebut.

Harus kita akui bila hobi akan sesuatu yang kita gemari harus di sikapi dengan baik, menjiwai sesuatu yang kita sukaipun tidak perlu berlebihan dalam menyikapinya, tragedi diatas menjadi salah satu contoh dari sekian banyak tragedi di dunia sepak bola. Dewasalah dan bijaklah dalam berfikir dalam bijaklah dalam bertindak. Woke wartageng sekalian sekilas kisah ini menjadi pelajaran, I’ll see you another time.

Penulis: Ibnu WEditor: Ika RD

Tinggalkan Balasan