Mewarta.com, Makassar- Di suatu desa bernama Desa Kekasih terdapat dua orang pemuda yang memiliki karakter yang berbeda. Ali merupakan seorang pemuda yang berhati mulia dan rajin beribadah. Sementara Joo merupakan seorang pemuda yang jahat dan suka mengganggu gadis-gadis desa. Kisah ini baru saja dimulai.
Di suatu sore Ali dan teman-temannya bergegas menuju masjid untuk beres-beres guna menghadapi bulan Ramadhan yang akan datang. Mereka berjalan melewati persawahan dan sungai dengan membawa berbagai peralatan yang nantinya akan dibutuhkan untuk membersihkan masjid.
“Apakah kalian sudah siap untuk hari teman-teman?” tanya Ali kepada teman-temannya.
“Oh jelas dong” jawab teman-teman Ali secara bersamaan.
Di sisi lain, Joo yang memang jarang orang ingin berteman dengannya dikarenakan sifatnya yang kurang baik tengah berduduk santai di atas gubuk yang ada di tepi sungai. Pada saat itu Joo yang sedang dalam keadaan mabuk pusing dan bertingkah semaunya saja. Tidak lama kemudiam ada beberapa gadis desa yang berjalan ingin menuju sungai untuk mencuci pun ia halangi dan ia goda dengan kata-kata yang senonoh.
“Hey gadis cantik, kalian mau ke mana?” tanya Joo kepada gadis-gadis tersebut.
“Iihh apasih, tolong jangan ganggu kami!” jawab salah seorang gadis dengan sedikit rasa takut.
“Jangan galak-galak dong, lebih baik kalian duduk di sini dan temani aku minum” kata Joo kembali kepada gadis-gadis tadi sambil memegang tangan salah seorang gadis.
Tak lama kemudian, Ali dan teman-temannya tiba di tepi sungai dan melihat kejadian tersebut.
“Hey, lepaskan tangan gadis itu” tegur Ali kepada Joo.
“Siapa kamu mau ikut campur urusanku” jawab Joo.
Dengan sigap Ali dan teman-temannya melepaskan tangan gadis tadi yang tengah dalam genggaman Joo. Kemudian Joo didorong hingga tersungkur ke tanah dan tak sanggup berdiri karena mabuk berat. Akhirnya Ali menyuruh gadis-gadis tadi untuk segera pergi meninggalkan tempat itu.
“Lebih baik sekarang kalian segera pergi dari tempat ini!” suruh Ali kepada gadis-gadis tersebut.
“Lebih baik kamu bertobat dan kembali ke jalan Allah, ke jalan yang benar. Apa lagi kita akan memasuki bulan suci Ramadhan” kata Ali.
“Siapa kamu berani menyuruhku, pergi sana! Aku akan bertobat ketika aku sudah tua, haha!” jawab Joo dengan keadaan mabuk dan marah.
Setelah itu Ali dan teman-temannya meninggalkan Joo yang tengah dalam keadaan berbaring di tanah untuk melanjutkan perjalanan menuju masjid.
Hari sudah malam. Kini Joo berada di tongkrongannya bersama beberapa temannya. Mereka berencana untuk melakukan balap liar. Pukul 20.00 Ali dan teman-temannya tak sengaja lewat di depan tongkrongan Joo.
“Hey kalian, berhenti sini! Bukankah kalian yang tadi sok menasehatiku?” tanya Joo kepada Ali beserta teman-temannya.
“Iya, itu aku dan teman-temanku” jawab Ali.
“Kalian tidak usah sok menasehatiku, itu semua bukan urusanmu. Aku akan bertobat kalau aku mau!” tegas Joo terhadap Ali dan teman-temannya.
“Setidaknya kami telah mengingatkan mu, jangan pernah menunda-nunda suatu kebaikan dalam hidupmu!” ungkap Ali.
Tak ingin memperpanjang masalah, Ali dan teman-temannya langsung kembali berjalan menuju rumah masing-masih tanpa menghiraukan Joo. Dalam perjalanan, Ali dan teman-temannya tak lupa pula mendoakan Joo agar mendapat rahmat Allah dan segera kembali ke jalan-Nya.
Waktu telah menjukan pada pukul 23.00. Joo dan teman-temannya bergegas menuju lokasi balap liar. Dalam perjalanan mereka bersorak-sorak dan yakin dapat memenangkan balapan tersebut. Setibanya di sana, tak lama kemudian balapan pun dimulai. Dengan adanya 5 putaran, pada putaran pertama dan kedua Joo berhasil melewati semua dengan baik-baik saja. Tetapi, pada putaran ketiga mendekati garis start seketika penglihatan Joo kabur dan menabrak batang kayu yang ada di tepi jalan. Motor yang dikendarai Joo pun sudah tidak pada kendalinya, sehingga ia menabrak bahu jalan dan meninggal di tempat.
“Mungkin Matahari masih terbit esok hari, tapi belum tentu dengan kamu (apakah masih hidup ataukah tidak). Maka bertaubatlah hari ini.”