BEM FAI Unismuh kecam Tindakan Represif Aparat Pada Tragedi Kanjuruhan, Hidayat; Rakyat bukan Musuh

Mewarta.Com, Makassar- Tragedi kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Sabtu (1/10) malam menuai penyesalan dan kecaman dari banyak pihak. Kerusuan yang terjadi pasca pertandingan Liga 1 antara Arema FC vs Persebaya itu membuat Ketua Umum BEM FAI Unismuh Makassar Hidayat turut menyampaikan rasa duka mendalam.

“Kami menyesalkan peristiwa tragis tersebut. Lebih-lebih menyangkut nyawa manusia yang besar jumlahnya. Padahal satu jiwa saja sangat berharga yang harus dijaga,” kata Hidayat.

Ketum BEM FAI, Hidayat mengatakan, ada kelalaian dari aparat dan panitia pelaksana pertandingan. Pertama Panpel pertandingan lalai dalam mengantisipasi mebludaknya suporter di Stadion, kedua tindakan aparat yang begitu represif dalam mengatasi luapan massa.

Kita punya polisi yang terlatih dan dilatih tidak untuk membunuh korban tetapi untuk melindungi kita. Lihat polisi justru menembakan gas air mata bukan ke lapangan tapi sayang justru ke atas tribun. Sementara di tribun banyak orang-orang rentan, anak-anak, wanita dan ibu-ibu. atas tembakan itu membuat kepanikan terjadi. Akibatnya, 125 orang dinyatakan meninggal dunia karena sesak napas dan terinjak-injak, ujar Hidayat.

“Kami meminta pihak berwenang untuk melakukan penyelidikan cepat, menyeluruh, dan independen terhadap penggunaan gas air mata di stadion dan memastikan bahwa mereka yang terbukti melakukan pelanggaran diadili di pengadilan terbuka dan tidak hanya menerima sanksi internal,”tegasnya.

Ia menambahkan, gas air mata hanya boleh digunakan untuk membubarkan massa ketika kekasaran meluas dan metode lain gagal. Pun gas air mata juga dilarang ditembakkan di ruang terbatas. Sudah jelas dalam FIFA Stadium Safety and Security Regulation pada Pasal 19 B menegaskan penggunaan gas air mata di stadion sangat dilarang.

Berdasarkan informasi dari sejumlah video amatir yang kami kumpulkan, Tragedi Kanjuruhan bermula ketika ribuan suporter Aremania masuk ke lapangan setelah tim kesayangannya kalah 2-3 dari tim tamu. Petugas keamanan berusaha membubarkan kerumunan dengan memukul dan menendang pendukung.

Namun, aksi represif aparat tersebut membuat situasi menjadi semakin rusuh di dalam Stadion Kanjuruhan. Tidak lama setelah perkelahian pecah, aparat kepolisian menembakkan gas air mata untuk memecah massa. Satu video dari tempat kejadian menunjukkan penonton melarikan diri dari awan gas air mata di lapangan.

Tinggalkan Balasan