Mewarta.com, Opini– Membaca Al-Qur’an merupakan salah satu bentuk ibadah yang memiliki kedudukan istimewa dalam Islam.
Al-Qur’an bukan sekadar kitab suci, tetapi juga panduan hidup, sumber inspirasi, dan cahaya bagi setiap mukmin yang berupaya mendekatkan diri kepada Allah.
Tilawah Al-Qur’an (membaca Al-Qur’an dengan tartil) adalah bentuk mujahadah yang memadukan kekuatan spiritual dan intelektual dalam menghidupkan hubungan manusia dengan kalam Ilahi.
Namun, realitas menunjukkan bahwa banyak muslim sering kali mengabaikan kewajiban ini, baik karena alasan kesibukan duniawi, kemalasan, maupun kurangnya kesadaran akan nilai luhur yang terkandung dalam membaca Al-Qur’an secara rutin.
Tantangan ini, secara tidak langsung, menjadi salah satu bentuk kehampaan spiritual di tengah umat Islam yang dikepung oleh kesibukan dunia modern. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
وَقَالَ الرَّسُولُ يَا رَبِّ إِنَّ قَوْمِي اتَّخَذُوا هَذَا الْقُرْآنَ مَهْجُورًا
“Dan berkatalah Rasul, ‘Wahai Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al-Qur’an ini sebagai sesuatu yang diabaikan’.” (QS. Al-Furqan: 30)
Ayat ini menegaskan bahwa salah satu bentuk penghinaan terhadap Al-Qur’an adalah meninggalkannya, baik dalam bacaan, pemahaman, maupun pengamalan.
Dalam perspektif keimanan, meninggalkan tilawah Al-Qur’an dapat melemahkan hubungan manusia dengan Allah. Sebaliknya, membaca dan merenungkan Al-Qur’an akan menanamkan iman yang kokoh, membersihkan hati dari noda, serta meningkatkan keistiqamahan dalam menjalani hidup.
Banyak ulama menekankan pentingnya mujahadah dalam membaca Al-Qur’an, sebagaimana disebutkan oleh Imam Ibn Qayyim Al-Jawziyyah dalam kitabnya Madarij As-Salikin:
“Tidak ada yang lebih menenangkan hati seorang hamba dan mendekatkannya kepada Allah selain daripada membaca Al-Qur’an dengan penuh keikhlasan dan khusyuk.”
Oleh karena itu, merancang sebuah strategi untuk membaca Al-Qur’an secara konsisten menjadi sangat urgen dalam membangun kehidupan spiritual yang sehat.
Dalam era yang serba sibuk ini, diperlukan pendekatan yang analitis, sistematis, dan solutif untuk menjadikan tilawah Al-Qur’an sebagai bagian integral dari kehidupan seorang muslim.
Pendekatan ini bukan hanya tentang meluangkan waktu, tetapi juga menciptakan kesadaran yang mendalam akan urgensi membaca Al-Qur’an, sebagaimana Rasulullah SAW.bersabda:
مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ، وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا
“Barangsiapa membaca satu huruf dari Kitabullah, maka baginya satu kebaikan, dan setiap kebaikan akan dilipatgandakan sepuluh kali.” (HR. At-Tirmidzi)
Membaca Al-Qur’an bukan sekadar ibadah teknis, tetapi merupakan ibadah yang berdimensi spiritual, sosial, dan intelektual.
Sebuah ibadah yang mampu menumbuhkan cinta kepada Allah, memperkuat solidaritas umat, serta melahirkan pribadi yang sadar akan tanggung jawabnya terhadap kehidupan dunia dan akhirat.
Tulisan ini akan menguraikan bagaimana membangun kebiasaan membaca Al-Qur’an melalui perencanaan yang terstruktur dan solusi praktis untuk mengatasi hambatan yang kerap menghalangi umat Islam dalam meraih keberkahan Al-Qur’an.
Urgensi Al-Qur’an dalam Kehidupan Umat
Al-Qur’an adalah kalam Allah yang menjadi pedoman dan penyembuh bagi umat manusia. Ia memberikan petunjuk moral, spiritual, dan praktis untuk menjalani kehidupan. Dalam QS. Al-Baqarah: 2, Allah berfirman:
ذَٰلِكَ ٱلۡكِتَٰبُ لَا رَيۡبَۛ فِيهِۛ هُدٗى لِّلۡمُتَّقِينَ
“Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa.”
Ayat ini menegaskan bahwa Al-Qur’an adalah pemandu utama yang mengarahkan manusia menuju ketakwaan. Optimalisasi Tilawah Al-Qur’an, yaitu kesungguhan dalam membaca dan memahami Al-Qur’an, menjadi salah satu bentuk ibadah yang membawa kedekatan dengan Allah. Rasulullah SAW. bersabda:
ٱقۡرَءُواْ ٱلۡقُرۡءَانَ فَإِنَّهُ يَأۡتِي يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ شَفِيعًا لِّأَصۡحَٰبِهِ
“Bacalah Al-Qur’an, karena ia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafaat bagi pembacanya.” (HR. Muslim)
Namun, dalam konteks kehidupan modern yang serba sibuk, penting bagi kita untuk memahami tilawah tidak hanya sebagai aktivitas ritual, tetapi sebagai jalan spiritual, intelektual, dan sosial.
Dimensi Tilawah Al-Qur’an: Spiritualitas, Pengetahuan, dan Aksi
Optimalisasi dalam tilawah memiliki dimensi yang luas, mencakup aspek spiritual, pemahaman intelektual, dan aksi nyata dalam kehidupan.
1. Dimensi Spiritualitas: Hati yang Hidup dan Jiwa yang Tenteram
Membaca Al-Qur’an dengan khusyuk adalah jalan menuju ketenangan hati. Allah berfirman:
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَتَطۡمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكۡرِ ٱللَّهِۗ أَلَا بِذِكۡرِ ٱللَّهِ تَطۡمَئِنُّ ٱلۡقُلُوبُ
“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28)
Tilawah Al-Qur’an yang dilakukan secara mujahadah mampu melembutkan hati yang keras, membersihkan jiwa dari penyakit rohani seperti iri, dengki, dan sombong. Imam Al-Ghazali menekankan:
القرآن دواء القلوب وشفاء الصدور
“Al-Qur’an adalah obat hati dan penyembuh dada.”
2. Dimensi Pemahaman: Memahami Pesan Ilahi
Tilawah harus disertai dengan tadabbur (mendalami makna) agar Al-Qur’an benar-benar menjadi hudan (petunjuk). Allah berfirman dalam QS. Muhammad: 24:
أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ ٱلۡقُرۡءَانَ أَمۡ عَلَىٰ قُلُوبٍ أَقۡفَالُهَآ
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur’an ataukah hati mereka terkunci?”
Pemahaman mendalam tentang ayat-ayat Al-Qur’an memungkinkan seseorang mengaplikasikannya dalam kehidupan. Imam Nawawi berkata:
مِنْ أَعْظَمِ الْقُرُبَاتِ قِرَاءَةُ الْقُرْآنِ بِتَدَبُّرٍ وَتَفَهُّمٍ
“Ibadah terbesar adalah membaca Al-Qur’an dengan tadabbur dan pemahaman.”
3. Dimensi Sosial: Membentuk Karakter dan Perubahan Masyarakat
Tilawah Al-Qur’an yang konsisten menciptakan pribadi dengan karakter mulia, seperti sabar, tawakal, dan adil. Allah berfirman dalam QS. Al-Ahzab: 35:
إِنَّ ٱلۡمُسۡلِمِينَ وَٱلۡمُسۡلِمَـٰتِ… وَٱلصَّـٰٓبِرِينَ وَٱلصَّـٰٓبِرَٰتِ… أَعَدَّ ٱللَّهُ لَهُم مَّغۡفِرَةٗ وَأَجۡرًا عَظِيمًا
“Sesungguhnya kaum muslimin laki-laki dan perempuan… orang-orang yang sabar… Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.”
Para sahabat Nabi SAW. seperti Abdullah bin Mas’ud, adalah contoh bagaimana Al-Qur’an mengubah karakter individu menjadi teladan bagi masyarakat. Abdullah bin Mas’ud berkata:
مَنْ أَحَبَّ أَنْ يَعْلَمَ أَنَّهُ يُحِبُّ اللَّهَ فَلْيُعْرِضْ نَفْسَهُ عَلَى كِتَابِ اللَّهِ
“Barangsiapa ingin mengetahui apakah dia mencintai Allah, maka periksalah dirinya terhadap Al-Qur’an.”
Strategi Optimalisasi Tilawah dalam Kehidupan Modern
Agar tilawah tetap relevan di tengah kesibukan dunia modern, strategi berikut dapat diterapkan:
1. Membuat Jadwal Khusus
Rasulullah SAW. bersabda:
أَحَبُّ ٱلۡأَعۡمَالِ إِلَى ٱللَّهِ أَدۡوَمُهَا وَإِن قَلَّ
“Amal yang paling dicintai Allah adalah yang dilakukan terus-menerus, meskipun sedikit.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Membagi waktu membaca Al-Qur’an, seperti sebelum subuh dan menjelang tidur, akan membantu menjaga konsistensi.
2. Memanfaatkan Teknologi
Aplikasi Al-Qur’an memungkinkan tilawah di mana saja. Ini sejalan dengan QS. Al-Baqarah: 185:
يُرِيدُ ٱللَّهُ بِكُمُ ٱلۡيُسۡرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ ٱلۡعُسۡرَ
“Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.”
3. Tilawah Bersama Keluarga
Membangun budaya tilawah dalam keluarga menguatkan hubungan spiritual dan mendidik anak-anak mencintai Al-Qur’an.
Efek Positif Tilawah al-Quran
1. Tilawah Al-Qur’an adalah jalan spiritual menuju Allah.
Ia memberikan ketenangan hati, mendidik jiwa, dan menjadi sumber syafaat di akhirat.
2. Pemahaman mendalam terhadap Al-Qur’an membuka hikmah kehidupan.
Tadabbur menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman praktis dalam semua aspek kehidupan.
3. Tilawah yang konsisten menciptakan individu dengan karakter mulia.*
Ini berdampak positif tidak hanya pada diri sendiri, tetapi juga pada keluarga dan masyarakat.
Penutup dan Kesimpulan
Tilawah Al-Qur’an merupakan ibadah yang tidak hanya menuntun umat Islam untuk mendekatkan diri kepada Allah, tetapi juga menjadi medium untuk mengisi hati dengan ketenangan, menanamkan karakter mulia, dan memperbaiki kualitas hidup.
Dalam setiap ayat yang dibaca, tersimpan hikmah yang mendalam yang menuntun manusia kepada kebahagiaan dunia dan akhirat. Rasulullah SAW. telah menegaskan bahwa Al-Qur’an akan menjadi syafaat bagi pembacanya dan membawa keberkahan dalam kehidupan mereka yang mengamalkannya.
Di era modern ini, tantangan berupa kesibukan duniawi dan gangguan teknologi sering menjadi penghalang dalam mujahadah tilawah.
Namun, dengan tekad dan strategi yang tepat, Al-Qur’an dapat diintegrasikan ke dalam kehidupan sehari-hari melalui pemanfaatan teknologi, manajemen waktu, dan pembiasaan hati untuk mencintai kalamullah ini. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Yunus: 57:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِّمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ
“Wahai manusia! Sungguh telah datang kepadamu pelajaran (Al-Qur’an) dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit-penyakit dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.”
Oleh karena itu, setiap muslim hendaknya menjadikan tilawah Al-Qur’an sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupannya untuk meraih kedekatan Ilahi dan pencerahan jiwa.
Kesimpulan
1. Tilawah sebagai Jalan Spiritual dan Moral
Tilawah Al-Qur’an tidak sekadar aktivitas membaca, melainkan perjalanan spiritual yang melibatkan hati, pikiran, dan tindakan. Ia membentuk kesadaran akan pentingnya Al-Qur’an sebagai petunjuk dan rahmat, serta mendidik hati untuk lebih peka terhadap nilai-nilai kebenaran.
2. Peran Al-Qur’an dalam Membentuk Karakter
Tilawah yang konsisten akan membangun karakter muslim yang tangguh, sabar, tawakal, dan bersyukur, sesuai dengan nilai-nilai yang diajarkan Al-Qur’an. Karakter ini berdampak positif, baik pada individu maupun masyarakat.
3. Strategi Integrasi Tilawah dalam Kehidupan Modern
Dengan memanfaatkan teknologi modern, tilawah Al-Qur’an dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja. Prinsip fleksibilitas waktu yang diajarkan Al-Qur’an menjadikannya relevan untuk diintegrasikan ke dalam kesibukan umat Islam di era globalisasi.
4. Dampak Dunia dan Akhirat
Tilawah Al-Qur’an tidak hanya memberikan ketenangan hati di dunia, tetapi juga menjadi pemberi syafaat di akhirat. Rasulullah ﷺ bersabda:
ٱلۡقُرۡءَانُ حُجَّةٞ لَّكَ أَوۡ عَلَيۡكَ
“Al-Qur’an akan menjadi hujah bagimu atau hujah terhadapmu.” (HR. Muslim)
5. Pentingnya Keikhlasan dan Tadabbur
Keikhlasan dan tadabbur dalam membaca Al-Qur’an adalah kunci untuk memahami pesan Ilahi yang terkandung di dalamnya. Tanpa keikhlasan, tilawah hanya menjadi rutinitas kosong tanpa makna.
Dengan memahami dan mengamalkan nilai-nilai Al-Qur’an melalui mujahadah tilawah, umat Islam akan menemukan jalan terang menuju kedekatan Ilahi dan keberkahan hidup.
Semoga Allah menjadikan Al-Qur’an sebagai cahaya hidup kita yang membimbing langkah menuju ridha-Nya. # وَٱللَّهُ أَعۡلَمُ بِٱلصَّوَابِ.