Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Pembina Upacara di UIN Alauddin, Ini Pesannya

Dr. H. Andi Achruh, M.Pd.I. (Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar)

Mewarta.com, Gowa– UIN Alauddin Makassar kembali menggelar upacara rutin 17-an setiap  bulannya. Upacara kali ini dipimpin oleh  Dr. H. Andi Achruh, M.Pd.I. selaku pembina upacara.

Peserta upacara diikuti unsur Dosen dan Pegawai lingkup UIN Alauddin Makassar bertempat di lapangan upacara UIN Alauddin Makassar, samata- Gowa.

Dr. H. Andi Achruh dalam kesempatan tersebut memberikan pesan inspiratif  yang memukau peserta upacara. Menurut Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan tersebut ada 3 reaksi orang menyikapi kepemimpinan.

“Pertama ada manusia yang melihat seluruh kebaikanmu dan tidak pernah melihat kekuranganmu maka berbuat baiklah dan hormatilah dia karena dia adalah orang mulia,” terang Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan.

Lebih lanjut Ia mengatakan bahwa jenis manusia yang kedua adalah orang yang melihat kebaikanmu tapi juga melihat keburukanmu maka orang tersebut layak kamu jadikan teman.

“Orang seperti ini tetap dampingi karena Ia akan memberikan solusi tentang jalanmu menuju sukses dan Ia bisa mengantarmu menuju kesuksesan,” tegasnya.

Orang yang ketiga adalah mereka yang tidak pernah melihat kebaikanmu, apapun yang kamu lakukan hanya keburukan yang tampak di matanya maka orang tersebut tidak usah di layani dan tinggalkan saja.

Mantan Kepala P2B UIN Alauddin itu juga mengungkapkan bahwa pegawai  atau Dosen yang berkaliber dilahirkan dari pengasuhan yang baik. Inilah yang perlu diperhatikan, diasah dan diasuh sehingga akurasinya dalam bekerja tepat sasaran.

“Pegawai dan Dosen yang berkaliber itu punya nilai sebab ia punya presisi, boleh saja ada disini, ada disana tapi karena profesional maka dimanapun berada Ia akan tetap bernilai, yang kencang disupport dan yang lambat diasah dan dibina, pungkas Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan.

Diakhir kata Dr. H. Andi Achruh berpesan bahwa jika ada hal yang tidak baik selama memimpin maka pakai prinsip asah dan asuh maka akan muncul sifat empati, jangan sebaliknya jika ada yang tidak sesuai jangan digesek, digosok, atau digasak karena yang muncul adalah kebencian.

“Menjadi pemimpin itu tidak usah menjadi pemimpin yang ditakuti, cukup menjadi pemimpin yang disegani sebab pemimpin yang disegani akan dikenang sepanjang masa,” tutupnya dengan tegas.

 

 

Exit mobile version