Mengabarkan Fakta
MasukIndeks
Sastra  

Cinta Tak Memandang Kesempurnaan, Melainkan Hati Yang Tulus

Docpic_pixabay

Mewarta.com, Gowa-Di suatu desa bernama Desa Kuat Bersama terdapat seorang pemuda miskin yang biasa dipanggil dengan sebutan Andu. Pemuda ini memiliki impian tinggi untuk menjadi seorang Dosen di salah satu Universitas yang terdapat di Makassar. Ia merupakan anak dari pasangan suami istri yang bekerja sebagai saudagar di temapt Ia berasal.

Singkat cerita, setelah ia lulus pada pendidikan SMA, Ia memberanikan diri untuk mendaftar di salah satu perguruan tinggi yang ada di Makassar. Dengan modal nekat, pemuda ini berhasil lulus dan masuk di perguruan tinggi tersebut.

“Ibu, Bapak, alhamdulillah aku lulus seleksi masuk perguruan tinggi di Makassar” kata Andu sambil memegang tangan Ibunya.
“Alhamdulillah nak, kamu harus semangat dan rajin belajarnya ya” jawab Ibu sambil memeluk Andu pada saat itu.

Waktu terus berjalan dan kini Andu melakukan perjalanannya menuju kota untuk meraih impiannya. Ia sangat bersemangat dalam hal itu sampai-sampai tangis dan tawa menjadi satu hingga berlaut. Dan tibalah ia di kota Makassar, kota tempat ia menaruh segala impian.

Berbulan-bulan berlalu kini ia telah duduk di semester 4. Tak terasa waktu berjalan bergitu cepat. Semangatnya yang tak pernah padam membuat segala hal yang terdapat pada bangku perkuliahan dapat ia selesaikan dengan baik. Waktu terhitung kurang lebih 2 tahun untuk ia menyelesaikan perkuliahan S1 nya.

“Aku telah duduk di semester 4, alhamdulillah semoga aku bisa menggapai segala impian ku dan aku mampu membahagiakan kedua orang tuaku” kata Andu dalam hati.

Suatu ketika, ia tak sengaja bertemu dengan seorang wanita teman pada satu fakultasnya. Wanita ini pun ternyata satu anggkatan oleh Andu. Ia tertarik dan perlahan mencoba mendekatinya. Singkat cerita perkenalan keduanya telah masuk bulan kesatu dan akhirnya ia berani mengungkapkan perasaan yang ada.

“Hey, kita sudah lama dekat. Aku boleh jujur sesuatu ke kamu gak?” kata Andu dengan wajah tersipu malu.
“Hehe iya, boleh kok” jawab Aisyah seorang wanita yang ditaksir oleh Andu.
“Sebenarnya, aku sudah lama menyimpan perasaan suka sama kamu. Apakah kamu berkenan menjadi pacarku?” Tanya Andu sambil menahan rasa malunya dan senyum-senyum tipis.
“Hhmm bagaimana ya, aku bingun. Bisakah berikan aku waktu?” Jawab Aisyah dengan tersipu malu.

Sehari sudah kejadian itu. Akhirnya Aisyah pun memberikan jawaban pasti akan pertanyaan Andu.

“Andu?” panggil Aisyah dengan senyum manisnya.
“Iya Ais, ada apa?” jawab Andu dengan perasaannya yang tegang.
“Iya, aku mau jadi pacar kamu” kata Aisyah sambil tersipu malu.
“Alhamdulillah, akhirnya” ucap Andu dengan rasa bahagia dan tersenyum-senyum malu.

Tak sampai di situ saja. Waktu berlalu, malam pun tiba. Andu memberanikan diri untuk menghubungi Aisyah melalui sosial media.

“Aisyah, ada yang mau katakan!” tegas Andu.
“Iya Andu, ada apa?” jawab Aisyah dengan penasaran.
“Jadi begini, apakah kamu mau menerima aku dengan kondisi aku yang seperti ini? Aku hanyalah anak dari seorang saudagar yang tidak memiliki apa-apa. Aku tidak memiliki apa pun yang bisa ku berikan padamu. Aku tidak memiliki uang dan kendaraan. Apakah kau yakin masih ingin tetap bersamaku?” kata Andu dengan perasaan bimbang.
“Andu, aku menerimamu bukan karena hartamu melainkan dengan segala kebaikan dan kelembuatan yang kau berikan padaku. Cinta tidak dipandangan dari seberapa banyak harga yang dimiliki, melainkan dari bagaimana kamu mampu menghargai wanita mu” jawab Aisyah dengan penuh kebahagian.

Dari sini kita bisa ambil kesimpulan bawah banyaknya harga belum mampu dapat membeli segalanya, belum mampu dapat menghadirkan bahagia. Kini mereka menjadi pasangan bahagia dengan caranya sendiri, dengan segala bentuk kesederhanaan. Hati yang tulus merupakan bentuk kebahagian dalam berhubungan. Meski tak memiliki banyak harta, tapi kebahagian mampu diciptkan dengan adanya saling keterbukaan.

Exit mobile version
https://sirs.kemkes.go.id/fo/assets/geospasial/app/ slot toto, togel toto 4d scatter hitam