Sastra  

Wanita Abstrakku (Part II)

Lafran (Kader FLP Ranting UINAM)

“Sesungguhnya setiap perbuatan harus dengan niat.” (HR. Bukhari dan Muslim)…

Ini salah satu hadis yang aku jadikan pedoman, pada dasarnya, sebuah perbuatan harus dengan niat baik, dan insya Allah hasilnya pun akan baik pula. Nah, itulah mengapa aku berani mengatakan kepadanya, ya karena aku memiliki niat baik terhadapnya. Entah itu berhasil atau tidak aku akan terus mencobanya selagi baik dan tidak melanggar hukum Allah.

Hari terus berganti, dan semua mulai rapuh begitu saja. Bukan karena suatu hal yang jelek darinya yang membuatku rapuh, hanya saja keadaan keluarganya yang begitu jauh berbeda denganku. Berniat ingin menghilangkan perasaan ini terhadapnya, namun seniorku yang tadi kembali menyemangatiku. Tetapi kali ini aku sudah tidak mendengarkannya. Kala itu aku rasa tidak pantas untuknya.
Akhirnya semua berlalu, tanpa salam sapa darinya lagi. Mungkin ini terbaik. Beberapa minggu kemudian, aku dekat dengan seorang gadis yang di mana dia bisa membuatku tertawa kembali. Aku terus tertawa kala itu, entah mengapa aku pun tak tahu. Hati ini berkata, “Akhirnya aku bisa melupakannya.”

Dua bulan berlalu, aku kira aku telah melupakannya, ternyata tidak. Semenjak aku sudah tidak lagi dengan wanita yang baru-baru ini. Dia kembali terlintas dalam pikiranku, yang awalnya kami telah menjadi sahabat. Namun kenapa perasaan ini kembali lagi? Kenapa? Aku kembali berpikir dewasa, mungkin dialah orangnya. Akhirnya aku memutuskan untuk tetap fokus terhadapnya, tanpa sepengetahuannya.
Kami adalah sahabat, yang memang sering berkomunikasi pada waktu itu, tetapi mengapa perasaan ini kembali lagi? Mengapa? Itulah yang menjadi pertanyaanku. Aku tidak bisa menyalahkan siapa pun dalam hal ini. Karena kami sahabat, maka tidak ada suatu hal yang kami tutupi antara satu sama lain kecuali memang suatu hal yang sangat pribadi.

Suatu hari kami pergi makan di luar, tidak hanya berdua namun dengan dua teman kami lainnya. Makan sambil tertawa haha hihi. Memang suatu hal yang sangat menyenangkan biasa makan dengan orang yang kita anggap spesial selain keluarga. Hhmmm, tak bisa kuungkapkan dengan kata-kata rasa bahagia ini. Ya walau begitu sangat cepat.

Sore pun tiba. Dia bertanya, siapa wanita yang kudekati saat ini. Aku bingung harus menjawab apa, dia bertanya seperti itu. Apakah langsung aku sebut namanya? Ah tidak mungkin. Tetapi herannya dia tetap memaksaku untuk menjawabnya, apa boleh buat, akhirnya pada malam hari aku mengatakannya. Wow amazing kalau orang luar bilang. Tidak kuduga, apa yang akan dia katakan. Hanya alhamdulillah yang bisa kukatakan pada malam itu, dalam hal ini bukan berarti kami berpacaran ya! Hanya saja responsnya seakan-akan dia memiliki hal yang sama seperti apa yang aku rasakan.

Aku memang tidak menyuruhnya untuk membalas serta menjawab semuanya. Tapi dengan responsnya yang dia berikan, aku tahu seperti apa hasilnya. Ya karena aku selalu positif thinking, aku anggap semua berhasil. Dalam hal ini aku berjanji terhadap diri sendiri, tidak akan mendekati wanita lain lagi, ya memang aku tidak tahu kedepannya seperti apa, tetapi aku sangat yakin terhadapnya. Kini kami menjadi sepasang sahabat yang saling mengisi, dalam hal ini kami selalu ada satu sama lain ketika membutuhkan bantuan, atau hanya sekadar bertukar cerita.

Dia wanita hebat, kuat dan berani. I Love You, eh tidak ada kata-kata seperti itu. Sah adalah satu kata beribu kebahagiaan yang sesungguhnya.
**SELESAI**

Tinggalkan Balasan