Mewarta.com, Makassar- Di suatu kota terdapat 3 orang pemuda rantau. Mereka berasal dari tempat yang berbeda-beda. Udin berasal dari Tana Toraja, Rian berasal dari Takalar, dan Nur berasal dari Kendari.
Mereka merantau ke Kota Makassar demi sebuah pendidikan. Segala bentuk impian mereka taruhkan di kota daeng. Suka dan duka tak pernah luput dari setiap perjalanan seseorang, begitu pun yang mereka rasakan.
Singkat cerita, pagi itu datang. Mereka memiliki jadwal perkulihan di pagi hari. Ini merupakan suatu tantangan bagi mereka yang terkadang bangun lambat atau kesiangan. Tetapi itu tidak menjadi sebuah hambatan bagi mereka untuk menggapai segala impian.
Pukul 11.00 WITA perkuliahan pertama mereka dimulai dan tepat sesudah Dzuhur perkuliahan mereka pun berakhir. Setelah itu, Udin dan Nur berjalan menuju kelas berikutnya untuk sedikit beristirahat. Sementara itu, Rian entah lari ke mana.
Setibanya Udin dan Nur di kelas, mereka duduk sambil berbincang-bincang.
“We, antar dulu saya pergi print tugas” ajak Nur.
“Ededeh, panas sekali jalanan” tolak Udin di awal percapakan.
“Sebentar sekali, tidak lama astaga” paksa Nur terhadap Udin.
“Ayok kalau begitu” tegas Udin.
Mereka pun berangkat menuju tempat print tanpa Rian. Di perjalanan tak lupa mereka saling bercerita tentang pengalaman mereka di kampung. Tetapi, Udin resah dikarenakan waktu perkuliahan berikutnya akan segera dimulai sementara mereka masih dalam perjalanan.
“Weh ih, mau masuk dosen, jam berapa mi ini” tanya Udin.
“Sabar, tidak bakalan lama” jawab Nur dengan rasa malasnya.
Tibalah mereka di tempat print tersebut. Menunggu setelah 15 menit, akhirnya pekerjaan mereka selesai dan langsung bergegas menuju kampus. Tetapi, pada saat motor ingin dihidupkan, mereka mengalami masalah yakni tidak mau menyala dikarenakan motor tersebut terkancing staternya.
“Haha weh mati mi motor” seru Nur sambil tertawa.
“Tidak kutaumi mau bilang apa kalau sudah begini” jawab Udin dengan penuh tawa.
“Telfon dulu Rian suruh jemput, baru ini motor simpan dulu di sini, nanti pulang kuliah baru diambil” Nur, menyuruh Udin menghubungi Rian untuk dijemput.
Tak lama Rian datang menjemput dan mereka bertiga bergegas menuju kampus. Waktu terus berjalan dan kini menunjukkan pukul 17.30 WITA. Perkulihana pun selesai.
Nur dan Udin kembali ke lokasi di mana motor tadi berada. Mereka diantar oleh kedua teman kelasnya. Setibanya di lokasi, mereka tidak langsung pulang, karena tengah menunggu kedatangan Rian untuk bantu mendorong motor tersebut. Jarak lokasi mereka dengan rumah Nur sekitar 10 km. Adzan Magrib pun tiba. Rian datang sambil tertawa.
“Kenapa we?” tanya Udin.
“Mau habis bensin ku, hahah” jawab Rian sambil tertawa.
“Nanti mi, Shalat dulu deh” ajak Nur.
Setelah selesai Shalah Magrib, mereka langsung bergegas untuk pulang. Di tengah jalan, motor Rian tersendat-sendat.
“Weh kenapa ini” tanya Udin samb tertawa.
“Mau habis bensin kayaknya ini” jawab Rian dengan senyum-senyum.
“Mati mi, mendorong 2 motor. Maunya datang membantu ini malah nambah beban” seru Nur sambil tertawa mengejek.
Tak lama motor Rian pun mati karena kehabisan bensin, yang di mana sejak awal Rian datang untuk membantu dan kini motor Rian menjadi korban. Kedua motor tersebut mati dan akhirnya mereka dorong bersama ke tempat pengisian bensin bersama-sama dengan penuh canda dan tawa.
Lewat Cerpen ini kita bisa mengambil pelajaran. Bahwa, tidak perlu memiliki banyak teman kalau hanya datang saat susah dan butuh saja, ketika senang dan memiliki segalanya, mereka pergi entah ke mana. Sedikit, asal mereka mampu memberikan manfaat bagi kita, atau pun orang lain. Baik suka mau pun duka itulah sahabat sejati.