Sastra  

Bagaikan Epilog Tanpa Prolog (Part 3)

Ilustrasi:Doc_Pixabay.com

Mewarta.com, Sastra– Kembali, Lee keluar kamar dan memandang sekitar di mana tempat Ia menginap namun tak kunjung Delia terlihat. Beranjaklah Ia dari tempatnya menuju di mana Ia dapat menemukan makanan tuk mengisi kekosongan perutnya. Kemudian tibalah Ia di ujung gang sempit yang dekat dengan jalan besar. Tak sengaja Ia melihat Delia sedang duduk bersama ibunya dalam sebuah warung yang berada di tepi jalan.

Bergegasnya Lee menuju tempat yang terdapat Delia di dalamnya. Setibanya di sana, sapa malu-malu keluar dalam ucapnya.

“Eh ibu, belanja ya bu?” sapa Lee.
“Iya nak. Kamu juga ya?” jawab pemilik penginapan.
“Tidak bu. Kebetulan lewat sini ingin mencari makan” jawab Lee kemudian.
“Oh iya. Kami duluan ya nak, ibu sudah selesai belanja” seruan pemilik penginapan kepada Lee.
“Iya hati-hati bu dan Delia” jawab Lee dengan senyum manisnya.

Dengan perasaan bahagia karena telah bertemu oleh Delia, kini Lee melanjutkan perjalanannya untuk mencari makan. Setelah Lee selesai membeli makan dan Ia kembali menuju penginapan untuk menyantap makanan yang telah Ia beli.

Setibanya Lee di penginapan, Ia buru-buru tuk menghabiskan makanan yang telah Ia beli karena tidak sabarnya tuk segera menghampiri Delia. Tak lama, setelah Lee selesai makan malam Ia langsung bersiap-siap merapikan diri dan keluar rumah menuju lokasi di mana Delia berada saat itu, yakni di rumahnya yang bersampingan dengan penginapan tempatnya tinggal.

Keluar kamar dengan berpenampilan rapi dan kini tanpa ransel lusuhnya namun dengan gembira menenteng bingkisan yang berisikan kue untuk Delia. Senyum di wajahnya dan cepatnya Langkah kaki yang Ia tunjukkan menandakan bahwa kini hatinya sedang berbunga-bunga tak sabar tuk bertemu dengan Delia.

Tibanya Lee di depan pintu rumah Delia, sekejap Ia terdiam dan berpikir, “Apakah ini waktunya?”.

“Assalamu’alaikum” salam Lee sembari mengetuk pintu rumah.
“Wa’alaikumussalam. Eh iya nak, ada apa?” jawab pemilik penginapan setelahnya membukakan pintu.
“Maaf mengganggu waktunya bu. Apakah ada Delia?” tanya Lee dengan senyum malu.
“0h Delia? Tunggu sebentar ya saya panggilkan” jawab pemilik pengiapan kemudian sembari menyuruh Lee tuk masuk ke dalam rumah.

Masuk dan duduklah Lee di sofa dalam rumah Delia. Tak sabar Lee bertemu dengan Delia, hati berdebar kencang dan malunya tak karuan. Tetapi, Lee berusaha tuk tenang dan bersikap biasa saja. Tak lama kemudian, keluarlah Delia yang masih mengenakan mukena karena baru selesai melaksanakan Shalat.

“Eh ada Lee. Ada apa, tumben malam-malam datang ke sini? tanya Delia.

Ketika Delia datang dan bertanya, Lee semakin grogi, malu dan bingung ingin berkata apa.

Bersambung…

Tinggalkan Balasan