Sastra  

Bagaikan Epilog Tanpa Prolog

Ilusstrasi kuliah: Docpict(Pixabay.com)

Cerpen, Mewarta.com—Suatu masa terdapat seorang pemuda bernama Lee yang bermodal tekat dan semangat dengan membawa ransel lusuh menuju kota tuk melanjutkan pendidikannya. Penuh rasa percaya diri Ia menginjakkan kakinya di kota besar dengan penuh senyum perjuangan. Lelah bukanlah halang rintang baginya, karena badai pasti akan berlalu.

“Aku yakin dengan semangat dan pantang menyerah serta ikhlas menghadapi semua, aku pasti bisa” ucap Lee pertama kali menginjakkan kakinya di kota.

Ke sana ke mari, Ia berjalan mencari tempat tuk berehat dengan menggandeng ransel lusuhnya. Seketika Ia melihat seorang bapak tua yang duduk terdiam sambal memegang kepalanya seperti sedang terpuruk banyak masalah. Lalu Ia memberanikan diri tuk menghampiri dan duduk di sampingnya.

“Assaamu’alakum pak. Bapak sedang apa duduk di sini tengah malam begini?” tanya Lee dengan penuh ketakutan.
“Wa’alaikumussalam nak” jawab bapak tersebut yang kemudian langsung bergegas berdiri dan pergi.

Dalam hati Lee bertanya-tanya, ada apa dengan bapak tua itu? Tak lama setelah kejadian tersebut, Lee semakin berhati-hati dan senantiasa waspada menjaga diri.

Kurang lebih 1 kilo meter perjalanan yang ditempuh oleh Lee, Ia melihat ada sebuah masjid di seberang jalan tempatnya melintas. Menuju ke sanalah kakinya melangkah. Tetapi, tanpa Ia sadari bahwa bapak tua yang ditemuinya tadi pun juga ada di masjid itu. Tetapi, kali ini Ia tidak menghampiri apalagi menegurnya. Sepanjang malam Ia tidak tidur dan merenungi ada apa dengan bapak tua itu.

Kumandang adzan subuh hampir disuarakan. Lee bergegas membersihkan diri dan berwudhu untuk melaksanakan shalat berjamaah. Setelahnya itu, Ia menengok apakah bapak tua tadi masih ada atau tidak, ternyata tidak. Di sini Ia berusaha tuk tetap berpikiran positif.

Pagi tiba dengan cerahnya mentari menyinari seluruh kawasan kota. Lee mulai kembali berjalan dengan penuh senyum perjuangan di wajahnya. Langkah demi Langkah Ia lalui dengan semangat.

Sekitar pukul 08.00 Ia tiba di lokasi tujuannya mencari, yakni penginapan murah sesuai isi dompet dan sedikit kumuh namun tak mengapa. Setelah mendapatkan persetujuan dari pemiliknya, Ia sah tuk tinggal dan mengistirahatkan badannya di penginapan tersebut.

Tak di sangka, pemilik penginapan itu memiliki orang anak gadis yang sepantaran dengan Lee. Tanpa disadari Lee jatuh cinta pada pandangan pertama saat Ia melihat sang gadis yang bernama Delia sedang menyapu halaman rumah yang letaknya tak jauh dari penginapan tempat Lee tinggal.

Penulis: Lafran

Bersambung…

Tinggalkan Balasan