Opini  

QOLBU

Opini. Mewarta.com. Qolbu memberikan keputusan yang sangat esensial dan menentukan masa depan dirinya. Buruk baik. benar atau salah sangat ditentukan oleh Sang Qolbu. Mungkin saja kita bisa berbohong atau bersembunyi dari bentuk wadah kehidupan, tetapi getaran dan bisikan nurani tak pernah mampu menghindarkan diri dari pandangan tajam kamera Ilahiyah .

Banyak fakta membuktikan bahwa kegelisahan manusia, dikarenakan gersangnya Qolbu dari siraman kebenaran dan penghayatan serta kesadaran diri terhadap tatapan dan curahan karunia Allah .

Padahal Jiwa ini akan terasa damai, apabila cangkir qolbu terisi penuh dengan asma Allah yang kemudian dimanifestasikan dalam bentuk pengakuan dan pengharapan terhadap Dia Yang Maha Pengasih yaitu melalui proses batin yang intens ialah dzikrullah!

Sebagai sumber dari segala keputusan yang melandasi sikap dan tingkah laku kita, maka sudah sepantasnya qolbu kita asah dengan ketajaman rohani. Gagalnya manusia memanusiakan dirinya bukanlah karena dia bodoh secara intelektual, tetapi justru dikarenakan kehilangan dimensi batiniyah, suatu kondisi kejahiliyahan modern, dimana manusia terlalu mendewakan bentuk lahir, dan sekaligus menganggap remeh arti dan peranan dari bisikan dhamir, getaran nurani yang disebut dengan qolbu tersebut.

Qolbunya mejadi transparan, bertelanjang jiwa dihadapan Allah, karena apapun yang dia sembunyikan tak mungkin lepas dari kamera Ilahi. (2:284).

Sebab itu, berhentilah sejenak dari segala kesibukan dunia yang fana, dan terjunlah engkau menyelami samudera bathin, untuk mengenal siapakah engkau sebenarnya. Bertanyalah kepada nuranimu sendiri, dengan penuh takzim dan rasa ingin tahu yang mendalam, akan makna atau hakekat kehidupan dan akhir perjalanan kita dikemudian hari.

Kita sadar bahwa apa yang dia miliki hanyalah kefanaan belaka, sedangkan karunia Allah adalah keabadian. Sebagaimana sang penyair bersenandung dengan indahnya : ketahuilah bahwa apapun selain Allah adalah batil, fana, sementara belaka.

Qolbu seorang muslim, adalah sarang kebajikan tiada henti, seraya hanya memberikan ruang bagi cahaya Ilahi dan menutup rapat segala dengusan yang akan membawa kepada nilai hewani. Seorang muslim sadar bahwa makna hidup dihadapan Ilahi Rabbi, hanyalah terisi hatinya yang cenderung memenuhi panggilan Allah yang akan membawa kedamaian, dan karenanya jiwanya bergetar setiap diingatkan kepada jalan keselamatan, untuk menjadi jiwa yang mutma’inah ( 8:2, 24 , 22 : 35 ).

Terngianglah selalu panggilan Allah Yaa ayatuhan nafsul mutma’inah irji’i ila robbiki rodhiyatam mardhiiyah fadhuli fi ‘ibadi wad khuli jannati.

Semoga, kita terpanggil dalam barisan para mutma’inah yang jiwanya sejuk, penuh kedamaian. Qalbun Saliim!.
(AWR)