Mewarta.com-Makassar, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) adalah sebuah organisasi mahasiswa dan sebagai wadah yang menampung para mahasiswa anak bangsa yang bertekad bulat dan bercita- cita tinggi membawa misi kemajuan bangsa Indonesia. PMII mempunyai arah gerak langkah yang dinamis sehingga selalu ikut dan andil berpartisipasi menciptakan generasi yang handal dan berwibawa menjadi seorang generasi pencetus, dan dengan karakter- karakter seorang pemimpin yang siap mengomandoi berbagai lini. Sehingga dengan ini, untuk terjun di masyarakat dengan berbagai sistem yang muncul untuk menarik minat dan perhatian serta keikut sertaan mahasiswa mengawal serta membangun bangsa dalam peran mereka untuk menjadi lebih baik ke depannya. PMII memiliki semangat yang menggebu-gebu untuk mempertahankan sebuah kebenaran dan pendapat namun tidak pula akan rasa saling menghormati dan menghargai hak maupun pendapat satu sama lain. sehingga tekad persatuan yang ditanamkan akan terpupuk sangat erat dan muncul rasa sosial yang tinggi.
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) merupakan salah satu organisasi mahasiswa yang terus bercita-cita mewujudkan Indonesia ke depan menjadi lebih baik. Sebab ada beberapa history, situasi dan kondisi yang melatar belakangi proses kelahiran PMII saat itu, antara lain situasi politik negara Republik Indonesia, Posisi Umat Islam Indonesia, dan keadaan Organisasi Mahasiswa saat itu, sehingga perlu adanya organisasi yang menampung seluruh masyarakat Nahdliyyin, yang dimaksud dengan keadaan organisasi mahasiswa di sini adalah suatu wadah aktivitas para mahasiswa di luar kampus atau organisasi ekstra kurikuler. Dengan wadah seperti itu, aktivitas mahasiswa banyak memberikan andil besar terhadap pasang surutnya sejarah bangsa Indonesia, khususnya generasi muda. Hal tersebut biasanya digerakkan oleh semangat dan idealisme yang berorientasi pada situasi yang selalu menghendaki adanya perubahan ke arah perbaikan bangsa yang lebih baik sesuai dengan cita-cita proklamasi kemerdekaan Indonesia, Pancasila dan UUD 1954.
Generasi muda khususnya para mahasiswa merupakan kelompok terpelajar yang harus selalu mendapat perhatian dan dorongan dari pemerintah, lantaran hal ini menyangkut masa depan kehidupan bangsa, karna mahasiswa merupakan pemuda yang mempunyai semangat pergerakan yang membara untuk persiapan generasi kepemimpinan di masa depan. Belajar dari teori “Edward Norton Lorenz” ( 1961 ), tentang teori Butterfly Effect ( Effek kupu-kupu ) dengan istilah teori kekacauan yang berhubungan dengan “ketergantungan yang peka terhadap kondisi awal” dimana perubahan kecil pada suatu tempat dalam suatu sistem yang tak linear dapat mengakibatkan dampak besar di keadaan kemudian. Ini merujuk pada sebuah pemikiran bahwa kepakan sayap Kupu-Kupu di hutan belantara Brazil Secara teori dapat mengakibatkan kipasan Tornado besar di Texas beberapa Bulan kemudian. Dalam artian bahwa hal-hal kecil yang kita lakukan hari ini baik di organisasi, komunitas, dll, mampu menjadi bekal untuk beberapa tahun kedepan sebagai calon calon pemimpin di negeri ini.
Berbicara tentang kaderisasi PMII, mungkin sering kita temui bahwa banyak sekali permasalahan- permasalahan yang terjadi pada saat ini, di mulai dari masa rekrutmen anggota baru maupun sampai pada proses yang lebih lanjut. Pada umumnya anggota dan kader yang masuk mempunyai berbagai latar belakang alasan yang berbeda, kebanyakan tidak melalui pendekatan akademik tetapi lebih kepada kedekatan emosional. Sehingga, kurangnya kesadaran mahasiswa dalam berorganisasi, adanya intervensi dari berbagai sisi dari kampus dan stigma buruk anggota atau kader membuat para calon anggota dan anggota baru tidak mempunyai alasan untuk tetap dan masuk untuk berorganisasi. Selain itu dalam ruang lingkup ideologisasi banyak sekali anggota yang mengaggap bahwa materi yang di sampaikan tidak sesuai dengan lingkungannya baik di kampus umum maupun di kampus agama. Sehingga kampus umun tidak sesuai dengan pengetahuan kanan dan kampus agama tidak sesuai dengan pengetahuan kirinya. Sehingga permasalahan ini akan membuat suatu permasalahan-permasalahan lainnya yang menghambat dalam berperoses kaderisasi di PMII.
Kita sama- sama ketahui bahwa pola kaderisai PMII harus memiliki karakter dan Karakteristik yang berbeda- beda sesuai dengan keadaan dan kondisi lingkungan dan situasi karakter mahasiswa pada jenis lembaga serta fakultas tertentu. Oleh karena itu pemahaman tentang wilayah teritorial PMII sangat perlu untuk ditanamkan sesuai dengan keadaan dan kondisi di cabang dan wilayah masing masing.
Mengambil sampel dari salah satu Komisariat ( Komisariat Talasalapang ) di PMII Cabang Makassar , Provinsi Sulawesi selatan, dengan pola kaderisasinya yang harus berbeda dengan komisariat yang lain, karna melihat keadaan dan kondisi yang berlatar belakang kampus Swasta Muhammadiyah ( Universitas Muhammadiyah Makassar ) , sehingga secara tidak Langsung harus mengikuti pola dan aturan kampus tersebut, yang dimana seluruh mahasiswa baru harus dan diwajibkan untuk melakukan DAD (Darul Arqam Dasar) atau perkaderan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah ( IMM ). Sehingga Kader maupun anggota harus lebih ekstra dan bekerja keras untuk mencetak calon-calon anggota yaitu mahasiswa baru yang masih awam pengetahuannya tentang kampus dan disisi yang lain mencetak mahasiswa baru yang secara kultur dan kebiasaan di daerah dan kampungnya masing masing sering melakukan ritual ke-NU-an. Berangkat dari pemahaman dan hal tersebut, pengurus komisariat maupun pengurus rayon harus memiliki kultur dan tantangan yang lebih kompleks dibandingkan dengan yang ada pada kampus- kampus yang berlatar belakang Islam maupun Negeri umumnya.
Keberagaman latar belakang kultur mahasiswa di kampus Muhammadiyah serta padatnya waktu kuliah menjadi tantangan yang berat bagi PMII Talasalapang. Untuk itu diperlukan formulasi kaderisasi yang matang agar tetap mampu bertahan di tengah kondisi kampus yang secara ideologi itu berbeda. Dan harusnya memiliki aktivitas kajian keilmuan yang rutin dilakukan di kampus tersebut, dengan menyesuaikan dengan berbagai latar belakang fakultas yang mempelajari disiplin ilmu. Sehingga hal ini dapat dijadikan modal untuk memaksimalkan pengembangan potensi kader sesuai dengan budaya Keilmuan masing-masing. Melalui pengembangan potensi tersebut maka akan tercipta kader-kader PMII yang layak dan kondusif untuk di tempatkan pada potensi- potensi yang terdapat di tiap lembaga kampus. Karna lewat menguasai lembaga-lembaga kampus seperti HMJ, BEM, maupun UKM sehingga dengan ini lebih mudah untuk mencetak calon anggota baru di proses MAPABA.
Dalam segi internal PMII, problem yang menjadi penyebab bagi suatu kaderisasi adalah kurangnya ruang sebagai media aktualisai bagi anggota maupun kader untuk berekspresi. Maka dari itu sebagai pengurus PMII harus mampu menciptakan wadah. sehingga terciptanya sebuah sinergitas dan Emosinal, dan Perlu adanya ruang untuk meyakinkan para pengurus agar tidak lepas peran maupun fungsi terhadap kaderisasi. Disisi lain perlu adanya Penanaman nilai-nilai keislaman dan pemahaman ke-PMII-an yang harus disesuaikan dengan proses melalui ruang kaderisasi formal, non-formal dan ruang kultural, agar nilai dan pemahaman tersebut dapat disampaikan baik secara tekstual ataupun kontekstual. Kaderisasi ini bertujuan untuk membekali kader dengan pengetahuan dan keterampilan spesifik yang dibutuhkan, sehingga output yang dihasilkan pada ruang kaderisasi ini adalah kader- kader Ulil Albab yang mampu memaknai dan mendalami nilai-nilai kemahasiswaan, keislaman dan Keindonesian yang sesungguhnya.
Ruang kultur sangatlah penting bagi masyarakat PMII Talasalapang, mengingat bahwa Kampus tersebut yang berlatar belakang “Muhammadiyah” yang kita sama sama ketahui bahwa secara ideologi sangatlah berbeda dengan kita sebagai anak Kandung NAHDLATUL ULAMA (NU). Artinya bahwa dalam konteks kali ini tentu butuh yang namanya ritual- ritual rutin tentang Aswaja yang Sesungguhnya bagi masyarakat PMII Talasalapang, sehingga tercipta sebuah kesinambungan pemikiran dan gerakan. Tentunya ini mampu menjadi bekal sebagai kader untuk menciptakan inovasi dan kreativitas dalam berpikir menjalankan kaderisasi agar tujuan tersebut dapat tepat sasaran.
Dalam merekrut anggota, perlu kiranya sebelum melakukan Mapaba penting adanya sebuah kegiatan pra-Mapaba yang bertujuan untuk pendalaman emosial dan sekaligus pengenalan PMII kepada calon yang akan mengikuti proses MAPABA. Biasanya mahasiswa baru. Akan banyak diperkenalkan berbagai organisasi baik itu organisasi ekstra maupun intra sehingga dengan begitu pentingnya pra-mapaba ini hadir dalam proses perekrutan. Tentu dalam hal ini, pengurus komisariat maupun rayon tidak melupakan setelah proses penerimaan anggota selesai, harus kembali melakukan rencana tindak lanjut bagi kader yang sudah dimapaba, termasuk misalnya harus melakukan kajian-kajian berbagai disiplin ilmu pengetahuan dan penguatan ideologi PMII itu sendiri, sehingga kedepannya mampu mencetak calon generasi yang berintegritas dan banyak mencetak kader-kader yang sudah menjadi alumni dan sukses di berbagai profesi serta menduduki posisi strategis yang tersebar di berbagai daerah di Sulawesi-Selatan baik sebagai pejabat, pengusaha, politisi, akademisi dan banyak lagi lainnya.
Dalam perjalanan PMII kita ketahui bahwa kadang mengalami pasang surut, penyebabnya adalah perumusan formula kaderisasi yang belum tepat sasaran, sehingga berdampak pada maju mundurnya PMII. Maka dari itu Dinamika-dinamika kaderisasi tersebut dari mulai harmonisasi sejarah sampai dengan kemerosotannya, merupakan cerminan bagi para pengurus, baik pengurus komisariat maupun pengurus rayon agar dalam menjalankan fungsi kaderisasi dapat memahami aspek-aspek apa saja yang harus dicukupi untuk menjalankan kaderisasi. Agar tidak terjebak kepada kemerosotan organisasi, dan dapat mengulang kembali harmonisasi sejarah kejayaan PMII kampus Negeri maupun Swasta, terkhususnya PMII Kom Talasalapang. Dapat dipahami bahwa kaderisasi memiliki tugas atau tujuan sebagai proses humanisasi atau memanusiakan manusia, yang setiap saatnya dapat selalu BERZIKIR, BERFIKIR dan BERAMAL SOLEH. Sehingga terciptanya manusia yang bertakwa kepada Allah SWT, manusia yang beriman, manusia yang selalu mengingat Allah SWT di setiap saat, manusia yang setia dengan janji Allah SWT dan tidak melanggar perjanjian dengan-Nya, yang mengambil pelajaran dari sejarah umat manusia, perjalanan alam semesta dan dari ayat-ayat-Nya sehingga dapat melaksanakan tujuan PMII ( Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) yang dimana “Terbentuknya pribadi Muslim yang bertakwa kepada Allah SWT, Berbudi luhur, berilmu, Cakap dan Bertanggung jawab dalam mengamalkan Ilmunya serta Komitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia ( Tujuan PMII, Pasal 4 AD/ART ).
Tantangan PMII yang dihadapi saat ini jelas adalah globalisasi dan zaman digitalisasi, yang terus memasuki lapisan- lapisan masyarakat. Namun tentunya ini tidak selamanya bernilai buruk tetapi diisi yang lain juga tidak selamanya baik, sehingga dengan ini mampu mengubah dan mempengaruhi karakter, perilaku dan kebiasaannya, dan lebih parahnya digitalisasi ini mampu mengubah norma dan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat, buktinya bisa disadari bahwa penurunan moral, sikap individualis dan acuh terhadap keadaan sosial tengah melanda generasi penerus negeri, jelas ini menjadi persoalan yang harus dihadapi kader-kader PMII. PMII sebagai warga pergerakan harus bisa memacahkan masalah ini, sebab tolak ukur kehancuran bangsa kedapan adalah tergantung moral bangsa hari ini, sehingga perlu kesadaran pentingnya perbaikan moral itulah yang seharusnya mulai di gencarkan sebagai insan pergerakan. maka dari itu hal ini perlu menjadi rekomendasi untuk dimasukkan disetiap jenjang kaderisasi PMII sebagai bentuk penanaman nilai-nilai yang sesungguhnya. Selain itu PMII juga harus peka terhadap kebutuhan dimasa yang akan datang, responsif terhadap issue sektoral. Maka darinya dimana PMII mampu menempati setiap Leading Sektor di Negeri ini , dan juga mampu terjun didunia politik untuk menduduki sektor-sektor potensial.