News, Opini  

Perikanan Terpadu; Antara Tantangan dan Harapan

Andi Mahmud, ST, M. Ikom. (Ketua Komisi 1 DPRD Kepulauan Selayar)

Mewarta.com, Selayar — Dalam situasi tertentu bisa saja terjadi kondisi dimana kita yang memiliki barang tetapi pihak lain yang menikmati. Seperti itulah kondisi dari sumber daya perikanan kita di Selayar.

Dari data yang ada disebutkan bahwa produksi perikanan Selayar ada pada kisaran 24.000 ton per tahun atau 2000 ton per bulan sampai dapat kita simpulkan bahwa produksi perikanan Selayar perharinya diangka 65 ton.

Pertanyaan kita bersama apakah 65 ton ini mampu mendukung dalam mewujudkan Industri Perikanan di Selayar? Data itu ternyata harus dikurangi lagi untuk komsumsi rumah tangga. Untuk dimakan oleh 140.000 masyarakat setiap harinya dimana kadang terjadi situasi ketidakcukupan ikan di pasar-pasar tradisional. Itulah wajah perikanan Selayar sampai hari ini. Sebagian ikan kita dinikmati oleh daerah tetangga Selayar untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat mereka.

Industri Perikanan butuh bahan baku yang mencukupi atau lebih dari cukup. Sementara ketersediaan bahan baku ikan sangat kecil dari hasil tangkapan nelayan Selayar. Hal ini disebabkan karena mayoritas nelayan kita bukan nelayan yang sesungguhnya nelayan. Cukup puas mendapatkan setusuk sampai 5 tusuk ikan sudah kembali ke darat. Durasi yang digunakan dalam proses penangkapan tidak lebih dari 10 jam sementara sarana yang mereka gunakan tidak mampu bertahan lama di tengah laut dikarenakan sarana mereka adalah perahu kecil dengan kapasitas kecil pula.

Bagaimana mungkin akan datang Investor Perikanan sementara mereka butuh jaminan bahan baku yang melimpah? Sepanjang kita tidak mampu menciptakan nelayan yang sesungguhnya nelayan, bahan baku ikan kita tidak akan pernah cukup untuk dikomsumsi apalagi untuk kebutuhan industri perikanan.

Bagaimana mewujudkan Nelayan yang sesungguhnya? Yang bersemangat melaut dalam durasi yang lama dan kembali ke darat dengan hasil yang melimpah? Dalam hemat kami yang pertama kita lakukan adalah melakukan transformasi  budaya nelayan kita menjadi nelayan modern yang dirangkai dengan melakukan upgrade penyediaan sarana perikanan yang mendukung untuk mengarungi lautan dalam rentang waktu atau durasi yang lebih lama lagi. Seperti semangat nelayan dari daerah tetangga kita yang mau berlama-lama diperairan Selayar demi mendapatkan tangkapan ikan yang banyak. Disini dibutuhkan SDM Nelayan yang ingin dan mau dilibatkan sebagai tenaga kerja.

Kedua, Selayar harus melahirkan pengusaha lokal atau melibatkan BUMDES dari desa-desa pesisir sebagai lembaga pemodal dalam mewujudkan tangkapan ikan yang melimpah. BUMDES dapat diberikan modal usaha dari DANA DESA atau diberikan ruang yang seluas-luasnya dalam akses keuangan supaya dapat mandiri dalam usahanya.

Ketiga, program ini bukan sekedar kegiatan belaka tetapi harus mewujud dalam sebuah gerakan dengan melibatkan semua desa-desa pesisir yang ada di Selayar, dengan hadirnya sebuah gerakan tentu akan berimbas dalam mendorong semangat nelayan kita untuk bertransformasi. Dari nelayan dengan hasil tangkap 1 tusuk sampai 5 tusuk menjadi nelayan dengan hasil tangkap yang banyak dan melimpah. Dari gerakan yang dilakukan diharapkan setiap desa pesisir mampu mengumpulkan ikan paling tidak 5 ton Perharinya.

Terakhir membangun perikanan Selayar dalam hemat kami lebih berat dibanding mewujudkan Selayar sebagai distribusi logistik, maupun kawasan wisata. Pendapat ini kami kemukakan karena terkait dengan budaya masyarakat nelayan selayar. Perubahan budaya, SDM dan dukungan lainnya menjadi tantangan yang sangat berat dalam membangun dan mewujudkan industri perikanan baik itu dari sisi pemerintah, masyarakat maupun investor.

 

Penulis : Andi Mahmud, S.T., M.Ikom.(Anggota DPRD Kabupaten Kepulauan Selayar).

Tinggalkan Balasan