Kartini dan Emansipasi Perempuan: Sebuah Kajian dalam Bingkai Islam

Mewarta.com. Makassar, 23 April 2025 – Dalam rangka memperingati Hari Kartini, diskusi bertema emansipasi perempuan dalam perspektif Islam digelar di Asrama Lamakera, Jalan Pabentengan, Sultan Alauddin, Makassar.

Acara yang berlangsung pada Senin, 22 April ini diinisiasi oleh komunitas mahasiswi yang tergabung dalam Himpunan Pelajar dan Mahasiswa Lamakera (HIPPMAL.  Acara ini menghadirkan narasumber utama Dr. Hj. Andi Halimah, M.Pd, seorang Dosen Fakuktas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar, beliau  akademisi yang dikenal aktif menyuarakan isu-isu perempuan dalam pendidikan.

Diskusi ini diikuti oleh para mahasiswa perempuan yang antusias menyimak materi dan berdiskusi secara interaktif. Kegiatan dipandu oleh moderator Sucia Farah Wulandari dan dihadiri oleh puluhan mahasiswa perempuan yang tampak antusias mengikuti jalannya acara.

Dalam pemaparannya, Dr. Hj. Andi Halimah menekankan bahwa pemikiran R.A. Kartini tetap relevan hingga saat ini,  walau sudah 146 tahun lalu (21 April 1879-21 April 2025) termasuk dalam kerangka pemahaman Islam yang mendukung kesetaraan, pendidikan, dan peran aktif perempuan dalam masyarakat.

Dalam pemaparannya, sang dosen menekankan bahwa semangat Kartini untuk memperjuangkan hak-hak perempuan tidak bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Justru, kata beliau, Islam telah sejak awal mengangkat derajat perempuan sebgaimana kisah dalam Islam, dan di Indonesia Kartini menjadi contoh nyata bagaimana nilai-nilai itu bisa diaktualisasikan dalam konteks lokal dan modern.

Diskusi berlangsung hangat dan interaktif, dengan peserta yang aktif mengajukan pertanyaan dan berbagi pandangan. Para peserta mengaku terinspirasi untuk lebih mendalami kontribusi perempuan dalam sejarah dan dalam kerangka nilai-nilai Islam yang inklusif.

Beliau mengutip karya-karya Kartini, seperti Habis Gelap Terbitlah Terang dan Panggil Aku Kartini Saja, yang menjadi refleksi pemikiran progresif Kartini pada zamannya. Salah satu kutipan yang diangkat dan menjadi sorotan peserta adalah:

“Tiada awan di langit yang tetap selamanya. Tiada mungkin akan terus-menerus terang cuaca. Sehabis malam gelap gulita lahirlah pagi membawa keindahan. Begitu juga nasib manusia.” – R.A. Kartini

Dr. Halimah menambahkan, “Semangat Kartini adalah semangat perubahan yang digerakkan oleh ilmu. Dalam Islam, perempuan tidak hanya dihargai, tetapi juga dimuliakan ketika ia mencari ilmu dan membangun peradaban.”

Diskusi berlangsung penuh semangat, diwarnai tanya jawab yang mencerminkan kegelisahan dan harapan perempuan muda terhadap masa depan mereka sebagai agen perubahan. Kegiatan ini sekaligus menjadi ruang refleksi akan pentingnya mewarisi semangat perjuangan Kartini dalam konteks kekinian.

Kegiatan ini menjadi refleksi penting tentang bagaimana warisan pemikiran Kartini dalam perspektif Islam masih relevan dan terus memberi semangat perjuangan bagi perempuan muda Indonesia, khususnya di kalangan mahasiswa.

(Andi Halimah)

Exit mobile version